Payung yang kupunya makin lama makin tak bisa diandalkan—banyak sobekan, karat menggerogoti tonggak besinya. Tanda bahwa ia sudah lama tak terpakai. Kini, hadirmu menggantikan payung yang telah rusak itu. Kau melindungiku dari deras hujan, panas yang membakar, bahkan badai yang tiba-tiba datang. Kau memberiku harapan—agar aku tak basah kuyup saat hujan turun, agar aku tetap teduh di bawah terik yang menyengat.
Payung itu, kau, memang berbeda. Meskipun gagangnya agak aneh, tetap nyaman kugenggam. Aku tahu, mungkin ini bukan payung baru. Mungkin dulu kau pernah memayungi orang lain. Tapi orang itu menyia-nyiakanmu, meninggalkanmu begitu saja. Semoga dia tahu, bahwa kini akulah yang memegang payung itu—dan aku menjaganya.
Pernah ku lirik payung lamaku. Sempat tergoda untuk memakainya lagi. Tapi itu malah jadi petaka—aku tersambar bledek saat ingin mencobanya kembali. Akhirnya, payung itu hancur, ringsek, dan tak akan pernah kupakai lagi.
#Menulis itu penting!!!! Tapi ada yang lebih penting: yang penting nulis. Awokwokwok~