Mantan pemain Barcelona dan Manchester United, Jordi Cruyff, kini tengah meniti karier sebagai penasihat teknis Timnas Indonesia. Namun, perjalanan kariernya yang gemilang tak lepas dari beberapa titik terendah. Salah satunya, pengalamannya di Manchester United, yang diakui sendiri olehnya sebagai sebuah penyesalan.
Putra legenda sepak bola Johan Cruyff ini mengungkapkan bahwa kepindahannya ke Old Trafford pada masa mudanya merupakan sebuah kesalahan perhitungan. Ia merasa dirinya belum cukup matang untuk menghadapi tekanan dan tantangan bermain di klub sebesar Manchester United. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru dan gaya hidup di Inggris menjadi kendala besar baginya. Jordi menggambarkan Manchester saat itu sebagai kota yang berbeda, lebih hidup dibandingkan dengan apa yang ia bayangkan.
Selain masalah adaptasi, cedera juga menjadi faktor penghambat kariernya di Inggris. Persaingan ketat dengan pemain seperti Ryan Giggs, ditambah dengan rentetan cedera yang dialaminya, membuat Jordi kesulitan untuk menunjukkan performa terbaiknya dan mendapatkan kepercayaan dari Sir Alex Ferguson. Ia mengaku sering cedera beruntun, sehingga tak mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya dan membuktikan diri kepada sang manajer. Akibatnya, kesempatan bermainnya sangat terbatas.
Meskipun kariernya di Manchester United tidak berjalan semulus yang diharapkan, Jordi berhasil meraih beberapa gelar bergengsi, termasuk tiga gelar Premier League, satu Piala FA, dan Liga Champions. Namun, pengalaman ini tetap menjadi pelajaran berharga baginya. Kini, dengan pengalaman manajemen yang sudah ia kumpulkan di berbagai klub, Jordi berharap dapat berkontribusi positif bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Ia membawa harapan baru untuk kemajuan Timnas Indonesia, semoga pengalamannya di masa lalu dapat menjadi bekal untuk masa depannya yang lebih cerah.
Mantan pemain Barcelona dan Manchester United, Jordi Cruyff, kini tengah meniti karier sebagai penasihat teknis Timnas Indonesia. Namun, perjalanan kariernya yang gemilang tak lepas dari beberapa titik terendah. Salah satunya, pengalamannya di Manchester United, yang diakui sendiri olehnya sebagai sebuah penyesalan.
Putra legenda sepak bola Johan Cruyff ini mengungkapkan bahwa kepindahannya ke Old Trafford pada masa mudanya merupakan sebuah kesalahan perhitungan. Ia merasa dirinya belum cukup matang untuk menghadapi tekanan dan tantangan bermain di klub sebesar Manchester United. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru dan gaya hidup di Inggris menjadi kendala besar baginya. Jordi menggambarkan Manchester saat itu sebagai kota yang berbeda, lebih hidup dibandingkan dengan apa yang ia bayangkan.
Selain masalah adaptasi, cedera juga menjadi faktor penghambat kariernya di Inggris. Persaingan ketat dengan pemain seperti Ryan Giggs, ditambah dengan rentetan cedera yang dialaminya, membuat Jordi kesulitan untuk menunjukkan performa terbaiknya dan mendapatkan kepercayaan dari Sir Alex Ferguson. Ia mengaku sering cedera beruntun, sehingga tak mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya dan membuktikan diri kepada sang manajer. Akibatnya, kesempatan bermainnya sangat terbatas.
Meskipun kariernya di Manchester United tidak berjalan semulus yang diharapkan, Jordi berhasil meraih beberapa gelar bergengsi, termasuk tiga gelar Premier League, satu Piala FA, dan Liga Champions. Namun, pengalaman ini tetap menjadi pelajaran berharga baginya. Kini, dengan pengalaman manajemen yang sudah ia kumpulkan di berbagai klub, Jordi berharap dapat berkontribusi positif bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Ia membawa harapan baru untuk kemajuan Timnas Indonesia, semoga pengalamannya di masa lalu dapat menjadi bekal untuk masa depannya yang lebih cerah.