Peluang Investasi di China Terbuka Lebar di Tengah Ketidakpastian Global
Meskipun kekhawatiran geopolitik dan perang dagang AS-China masih membayangi, Andrew Swan, kepala ekuitas Asia (kecuali Jepang) di Man Group, melihat peluang investasi yang signifikan di China. Dalam wawancara dengan CNBC, Swan menekankan bahwa investor terlalu pesimis dan mengabaikan perkembangan ekonomi positif di negara tersebut.
Swan berpendapat bahwa sentimen negatif terhadap pasar China telah berlangsung lama, menyebabkan investor mengabaikan sejumlah perkembangan positif. Pemerintah China telah menunjukkan komitmen untuk mengatasi tantangan ekonomi, terutama inflasi, dan akan meluncurkan kebijakan stimulus pada tahun 2025. Langkah-langkah ini, termasuk penurunan suku bunga, diharapkan akan menopang pertumbuhan ekonomi yang melemah dan pasar properti yang lesu.
Meskipun pertumbuhan ekonomi China mencapai 5,4% pada kuartal terakhir tahun 2024, melampaui ekspektasi, kekhawatiran tetap ada terkait deflasi dan dampak tarif impor baru dari Presiden AS Donald Trump sebesar 10%. Meskipun demikian, Swan dan para ekonom memperkirakan dampak tarif tersebut akan terbatas, terutama karena banyak bisnis telah mengantisipasi hal ini dengan memindahkan rantai pasokan mereka sejak perang dagang AS-China pada masa kepresidenan Trump pertama. Kapital Economics memperkirakan permintaan barang AS hanya menyumbang kurang dari 3% dari PDB China, dan sebagian besar perdagangan ini akan tetap berlanjut.
Swan melihat peluang besar dalam perubahan struktural ekonomi China. Perkembangan teknologi, termasuk proliferasi kecerdasan buatan (AI) berkat perusahaan rintisan seperti DeepSeek, akan menjadi pendorong utama pertumbuhan. Ia memperkirakan perubahan model ekonomi akan berdampak signifikan, misalnya perubahan pangsa konsumsi dalam PDB yang mungkin didorong oleh kelompok berpenghasilan rendah.
Swan juga mencatat bahwa profitabilitas perusahaan di China berada pada level terendah sepanjang sejarah, dan valuasinya pun rendah. Ini berarti bahwa peningkatan sedikit saja pada profitabilitas perusahaan dapat menghasilkan pengembalian investasi yang sangat tinggi. Meskipun ada kekhawatiran mengenai kontrol pemerintah China yang ketat, risiko geopolitik, dan dampak krisis pasar properti, Swan tetap optimistis. Ia membandingkan situasi ini dengan investasi di negara demokrasi tetangga seperti India, yang juga menarik perhatian investor. Namun, menurut Swan, masa depan pasar China bergantung pada apakah prospeknya akan berubah. Jika tidak ada perubahan signifikan, pasar akan terus mengalami underperformance.
sumber :
