Trump Kembali Ancam Tarif Impor Baja dan Aluminium: AS Untung, Negara Lain Rugi?
Mantan Presiden AS Donald Trump kembali mengancam akan mengenakan tarif impor 25% pada baja dan aluminium. Pengumuman resmi dijadwalkan Senin ini, dan jika terealisasi, akan menambah beban tarif yang sudah ada sebelumnya. Keputusan ini berpotensi memicu gelombang dampak yang signifikan bagi perekonomian global, terutama bagi negara-negara eksportir logam tersebut.
Amerika Serikat: Pemenang di Rumah Sendiri?
Secara mengejutkan, AS diprediksi menjadi pihak yang paling diuntungkan. Meskipun impor baja AS telah menurun drastis dalam dekade terakhir, penurunan impor aluminium justru meningkat. Analis komoditas dari CRU, James Campbell, mengatakan dampaknya akan bertahap. “Awalnya, ini bisa merusak permintaan domestik,” kata Campbell kepada CNBC. “Namun jangka panjang, kita bisa melihat peningkatan investasi.” Pengalaman penerapan tarif baja dan aluminium pada periode kepresidenan Trump sebelumnya menunjukkan peningkatan investasi di sektor tersebut. Pendapatan negara dari tarif tersebut juga cukup signifikan, mencapai lebih dari $1,4 miliar dalam lima bulan pertama penerapannya.
Korban Tarif: Kanada, Meksiko, Jerman, dan Asia
Sebaliknya, negara-negara eksportir baja dan aluminium akan menanggung beban terberat. Kanada dan Meksiko, sebagai dua eksportir terbesar ke AS, akan sangat terdampak, meski pernah mendapat keringanan tarif sebelumnya. Jerman, sebagai eksportir baja besar ke AS, juga berpotensi mengalami kerugian. Namun, Thyssenkrupp, salah satu produsen baja terbesar Eropa, menyatakan dampaknya akan “sangat terbatas” karena pasar utama mereka tetap di Eropa dan hanya mengekspor produk khusus ke AS.
Eksportir Asia, termasuk Korea Selatan, Vietnam, Jepang, dan Taiwan, juga akan merasakan imbas negatif. Data menunjukkan peningkatan tajam ekspor baja dari Vietnam dan Taiwan ke AS dalam tahun terakhir.
Kesimpulan:
Ancaman tarif impor baja dan aluminium dari Trump menimbulkan ketidakpastian bagi pasar global. Meskipun AS mungkin akan mengalami peningkatan investasi domestik dalam jangka panjang, negara-negara lain, khususnya eksportir utama, akan menghadapi tantangan signifikan. Dampak keseluruhan dari kebijakan ini masih harus dilihat, namun potensi disrupsi pada rantai pasokan global dan kenaikan harga barang jadi patut diwaspadai.