Supersesionisme adalah sebuah teologi yang menganggap agama Yahudi tidak lagi absah atau valid setelah kedatangan Kristen . Polemik Kristen-Yahudi tersebut berpengaruh terhadap konsep abrograsi (naskh) dalam tradisi Islam , yakni bahwa Islam menghapuskan agama-agama sebelumnya, terutama Yahudi dan Kristen.
Asal-usul dan perkembangan teologi supersesionisme dalam sejarah Gereja cukup kompleks dan tak bisa hanya dilacak pada ayat-ayat eksklusif dalam Alkitab . Namun banyak sarjana berargumen bahwa supersesionisme bermula dari pandangan para penulis Perjanjian Baru . Pada akhirnya, klaim-klaim eksklusif Kristen bukan hanya diarahkan pada Yahudi, melainkan juga sekte-sekte sempalan dalam tradisi Kristen sendiri. Puncaknya ialah lahirnya doktrin Gereja “ Extra ecclesiam nulla salus ” (di luar Gereja tidak ada keselamatan). Walaupun doktrin ini muncul sebagai reaksi terhadap sekte-sekte ( bidaah ) yang tak diakui Gereja, cakupannya diperluas meliputi agama apa pun selain Kristen.
Doktrin tersebut tidak lagi menggambarkan sikap Gereja saat ini terhadap agama lain, atau–setidaknya–dipahami berbeda. Setelah Konsili Vatikan II (1962-1965), pandangan negatif tentang agama lain mulai berkurang. [ 1 ]
Referensi
- ^ "Memahami Ayat-Ayat Polemik dalam Bible" . Geo Times .