Kekalahan telak 1-3 dari Real Madrid di Santiago Bernabeu pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions telah memastikan eliminasi Manchester City dari kompetisi bergengsi tersebut. Agregat 3-6 membuat Manajer Pep Guardiola menelan pil pahit, menorehkan dua catatan buruk dalam karier kepelatihannya yang gemilang. Kekalahan ini terjadi pada Kamis (20/2/2025) dini hari WIB, sebuah momen yang tak terlupakan bagi para penggemar sepak bola.
Pertandingan di Madrid sendiri berjalan buruk bagi City. Kylian Mbappe tampil gemilang dengan mencetak hattrick, membobol gawang Thibaut Courtois pada menit ke-4, 33, dan 61. Gol hiburan Man City dicetak Nicolas Gonzalez di masa injury time, tak cukup untuk menyelamatkan tim dari eliminasi.
Catatan buruk pertama Guardiola adalah jumlah kekalahan Man City musim ini. Dengan kekalahan ini, City telah menelan 13 kekalahan di semua kompetisi sepanjang musim 2024/2025. Jumlah ini merupakan yang terbanyak sepanjang karier Guardiola di Barcelona, Bayern Munich, dan Manchester City. Di mana letak kesalahan? Analisis mendalam dibutuhkan untuk mencari tahu kelemahan yang menyebabkan rentetan kekalahan ini.
Catatan buruk kedua adalah fase tersingkir City di Liga Champions. Ini merupakan kali pertama dalam sejarah karier Guardiola, timnya tersingkir sebelum babak 16 besar. Dari 16 musim ia melatih di Liga Champions, musim ini menjadi yang paling buruk. Siapa yang menyangka Guardiola, pelatih sukses dengan segudang trofi, akan mengalami hal ini? Kapan lagi Guardiola akan mengalami fase tersingkir yang memalukan ini? Pertanyaan ini tentu akan terus menjadi bahan perbincangan.
Mengapa Man City, tim yang digadang-gadang sebagai favorit juara, justru tumbang di tangan Real Madrid? Analisis taktik, performa pemain, dan faktor lain perlu dikaji lebih dalam. Bagaimana Real Madrid mampu memaksimalkan peluang dan membungkam lini serang City yang biasanya tajam? Pertanyaan ini menuntut jawaban yang menyeluruh. Apa yang akan dilakukan Guardiola untuk memperbaiki performa timnya setelah kegagalan ini? Publik menantikan langkah selanjutnya dari sang manajer.
Sumber: Squawka
Kekalahan telak 1-3 dari Real Madrid di Santiago Bernabeu pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions telah memastikan eliminasi Manchester City dari kompetisi bergengsi tersebut. Agregat 3-6 membuat Manajer Pep Guardiola menelan pil pahit, menorehkan dua catatan buruk dalam karier kepelatihannya yang gemilang. Kekalahan ini terjadi pada Kamis (20/2/2025) dini hari WIB, sebuah momen yang tak terlupakan bagi para penggemar sepak bola.
Pertandingan di Madrid sendiri berjalan buruk bagi City. Kylian Mbappe tampil gemilang dengan mencetak hattrick, membobol gawang Thibaut Courtois pada menit ke-4, 33, dan 61. Gol hiburan Man City dicetak Nicolas Gonzalez di masa injury time, tak cukup untuk menyelamatkan tim dari eliminasi.
Catatan buruk pertama Guardiola adalah jumlah kekalahan Man City musim ini. Dengan kekalahan ini, City telah menelan 13 kekalahan di semua kompetisi sepanjang musim 2024/2025. Jumlah ini merupakan yang terbanyak sepanjang karier Guardiola di Barcelona, Bayern Munich, dan Manchester City. Di mana letak kesalahan? Analisis mendalam dibutuhkan untuk mencari tahu kelemahan yang menyebabkan rentetan kekalahan ini.
Catatan buruk kedua adalah fase tersingkir City di Liga Champions. Ini merupakan kali pertama dalam sejarah karier Guardiola, timnya tersingkir sebelum babak 16 besar. Dari 16 musim ia melatih di Liga Champions, musim ini menjadi yang paling buruk. Siapa yang menyangka Guardiola, pelatih sukses dengan segudang trofi, akan mengalami hal ini? Kapan lagi Guardiola akan mengalami fase tersingkir yang memalukan ini? Pertanyaan ini tentu akan terus menjadi bahan perbincangan.
Mengapa Man City, tim yang digadang-gadang sebagai favorit juara, justru tumbang di tangan Real Madrid? Analisis taktik, performa pemain, dan faktor lain perlu dikaji lebih dalam. Bagaimana Real Madrid mampu memaksimalkan peluang dan membungkam lini serang City yang biasanya tajam? Pertanyaan ini menuntut jawaban yang menyeluruh. Apa yang akan dilakukan Guardiola untuk memperbaiki performa timnya setelah kegagalan ini? Publik menantikan langkah selanjutnya dari sang manajer.
Sumber: Squawka
Tinggalkan Balasan