Trump Ancam Tarif Baru 25% untuk Impor Baja dan Aluminium: AS Untung, Negara Lain Rugi?
Mantan Presiden AS Donald Trump kembali mengancam sektor perdagangan internasional. Minggu lalu, ia menyatakan rencana untuk memberlakukan tarif impor baru sebesar 25% untuk baja dan aluminium. Ancaman ini muncul sebagai tambahan dari bea impor yang sudah ada, tanpa spesifikasi waktu implementasi yang jelas.
Baja dan aluminium merupakan komoditas vital dalam berbagai industri, termasuk transportasi, konstruksi, dan kemasan. Pengenaan tarif ini berpotensi menimbulkan dampak besar bagi ekonomi global, dengan beberapa negara diuntungkan dan lainnya dirugikan.
Siapa yang diuntungkan?
Ironisnya, AS diprediksi sebagai pemenang utama dari kebijakan ini. Meskipun impor baja AS telah menurun drastis dalam dekade terakhir (turun 35% antara 2014 dan 2024), impor aluminium justru meningkat 14%. Analis komoditas dari CRU, James Campbell, memprediksi dampak bervariasi: awal mulanya mungkin akan menurunkan permintaan domestik, namun jangka panjang berpotensi mendorong investasi dalam sektor baja dan aluminium AS. Pengalaman penerapan tarif serupa pada masa kepresidenan Trump sebelumnya menunjukkan peningkatan investasi di kedua sektor tersebut dan pemasukan lebih dari $1,4 miliar dalam lima bulan pertama penerapannya.
Siapa yang dirugikan?
Negara-negara pengekspor baja dan aluminium terbesar ke AS akan merasakan dampak negatif paling besar. Kanada dan Meksiko, meskipun pernah mendapat keringanan sementara, tetap berisiko terkena dampak signifikan. Jerman, sebagai eksportir baja utama ke AS, juga terancam. Namun, perusahaan baja besar Jerman, Thyssenkrupp, menyatakan optimisme terbatas, dengan alasan pasar utama mereka tetap di Eropa dan hanya mengekspor produk khusus berkualitas tinggi ke AS.
Eksportir Asia, termasuk Korea Selatan, Vietnam, Jepang, dan Taiwan, juga akan terkena dampak jika tarif diberlakukan. Data menunjukkan peningkatan signifikan ekspor baja dari Vietnam (lebih dari 140%) dan Taiwan (75%) ke AS pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, ancaman tarif baru ini menimbulkan ketidakpastian bagi pasar global. Dampak jangka panjangnya masih perlu dipantau, namun jelas bahwa kebijakan ini berpotensi memicu ketegangan perdagangan dan merugikan banyak negara, sementara AS mungkin akan meraih keuntungan di sektor industri dalam negeri. Apakah ancaman ini akan benar-benar terealisasi masih perlu dinantikan.